Moo
Gak sudah siap menarik pelatuknya dan Jae Hee juga seperti sudah pasrah, matanya
melihat Yum Mi dibawa keluar oleh Detektif Yeh, akhirnya ia pergi meninggalkan
ruangan perpustakaan untuk pergi ke lantai satu. Moo Gak pun mencoba keluar
ruangan untuk mengejarnya.
Jae
Hee berlari ke ruangan pakaian dan langsung mengambil tas memasukan semua buku
harian korban ke dalam tas dan ada juga setumpuk uang yang ia simpan didalam
laci. Moo Gak bisa menemukan jalan tembus ke ruangan pakaian lalu melihat Jae
Hee yang kabur dengan membawa tas lalu terdengar suara tembakan. Moo Gak
sengaja membuang peluru ke atas.
“Jangan
bergerak.” perintah Moo Gak yang sudah bisa mengejar Jae Hee sampai ke ruang
tengah. Jae Hee pun terdiam lalu membalikan badannya.
“Detektif
Choi... bagaimana kau bisa menemukannya?” ucap Jae Hee kaget karena Moo Gak
bisa tahu jalan tembus ke ruangan pakaiannya.
“Diam!!! Letakkan tas dan turunkan di lantai.!!!” perintah
Moo Gak yang sudah siap dengan pistol ditangannya.
“Bisakah
kau membiarkanku pergi saja?” kata Jae Hee seperti ingin mengejek Moo Gak
“Aku
memperingatkanmu...jika kau mengoceh satu kata lagi, kau akan mati.”balas Moo
Gak sedikit mengancam.
“Aku
kira kau tidak akan membiarkanku pergi dan Aku membunuh adikmu.” ucap Jae Hee
kembali mengejek Moo Gak
Moo
Gak dengan cepat mengarahkan tembakannya ke arah perut Jae Hee dan terlihat
darah yang mulai keluar. Jae Hee kaget, wajahnya langsung memerah dan jatuh
begitu saja. Moo Gak berjalan mendekat tapi Jae Hee walaupun sudah dilumpuhkan
berusaha untuk tetap kabur dari pintu depan.
Suara
sirene mobil polisi terdengar dari luar rumah, Di depan pintu sudah siap
menunggu Deteketif Ki, Jan Hyuk dan beberapa polisi lainnya. Jae Hee bisa
keluar melihat polisi yang sudah siap menangkapnya. Moo Gak menyuruh Jae Hee
untuk meletakan tas dan turun ke tanah, Jae Hee masih tetep berusaha berdiri
tapi Moo Gak hanya mendorong dengan satu tangan saja Jae Hee langsung terjatuh.
Detektif
Ki langsung memborgol tangan Jae Hee yang sudah tengkurep dilantai. Moo Gak
melaporkan Detektif Yeh sudah menyelamatkan Yum Mi, Kang Hyun juga memberitahu
ambulance sedang dalam perjalanan menjemputnya.
Moo
Gak memeriksa isi tas berisi buku diary korban mulai dari Chun Baek Gyung lalu
Joo Ma Ri. Jae Hee histeris melihat buku diary korbannya dipegang dan berteriak
menyuruh Moo Gak tak boleh menyentuhnya. Yum Mi akhirnya masuk ke dalam
ambulance yang ditemani oleh Cho Rim.
Jae
Hee dibawa ke mobil ambulance dengan berteriak tak boleh ada orang yang
menyentuh diary korbannya. Detektif Ki dengan sengaja ikut memborgol satu
tangannya supaya Jae Hee tidak akan bisa kabur.
“Pistol
merokok, sepertinya.” ucap Moo Gak memberikan tas yang berisi diary para korban
“Mereka
tampak hanya seperti buku.” kata Kang Hyun kaget
“Ya,
ada nama para korban dan barcode.” jelas Moo Gak lalu ia masuk ke dalam mobil
ambulance, Detektif Ki menyuruh sopir untuk segera pergi. Sementara polisi
lainnya segera memeriksa seluruh rumah Jae Hee.
Detektif
Yeh mondar-mandir di depan kamar rumah sakit dengan cemas karena Yum Mi belum
sadar juga. Detektif Ki sudah tahu si brandal gila Jae Hee sengaja memasukan
gas supaya Yum Mi mati lemas dan mengumpat akan mencari cara untuk membunuhnya.
“Dokter
mengatakan jika penyelamatan lewat beberapa menit, dia akan meninggal.”
komentar Kang Hyun
“Kita
menangkap Kwon Jae Hee. Tapi kenapa saya tak merasa senang?” ungkap Moo Gak merasa
masih ada kegelisahan
“Semua
detektif selalu merasa sesuatu yang berat di hati mereka bahkan setelah
menangkap penjahat. Tapi mereka harus mengesampingkannya dan lanjut dengan
kasus berikutnya.” nasehat Kang Hyun
Cho
Rim keluar ruangan memberitahu kalau Yum Mi sudah sadar dan mereka semua bisa
melihatnya sekarang.
Yum
Mi masih terbaring lemah walaupun matanya sudah terbuka. Moo Gak menanyakan
apakah Yum Mi bisa mengenal mereka semua, dengan suara lemah Yum Mi menjawab ia
bisa mengenal mereka semuanya. Terlihat semua anggota bisa bernafas lega.
“Kwon
Jae Hee...” kata Yum Mi perlahan
“Anda
menangkapnya, Letnan Yum.” ucap Kang Hyun dengan wajah tersenyum
“Anda
sangat berani, Letnan.” puji Detektif Ki
“Anda
harus segera sembuh! Saya akan membelikanmu barbekyu!” harapan Detektif Yeh
Dokter
meminta supaya semuanya meninggalkan ruangan sekarang, Cho Rim menyuruh semua
keluar dan dia akan menunggu Yum Mi diruangan. Dokter melarangnya karena ia
menyuruh semuanya pergi karena Yum Mi butuh istirahat penuh. Moo Gak menarik
Cho Rim keluar ruangan, semuanya pun meninggalkan Yum Mi supaya bisa istirahat.
Jajangmyeon,
daging babi asam manis dan beberapa makanan lainnya sudah tersedia diatas meja.
Moo Gak rasa kejadian tadi itu sangt melelahkan sampai Cho Rim belum makan. Cho
Rim rasa Moo Gak itu yang lebih melelahkan darinya, jadi ia meminta supaya Moo
Gak istirahat tanpa memikirkan apapun.
Moo
Gak memegang tangan Cho Rim lalu menatapnya. Cho Rim menanyakan ada apa. Moo
Gak hanya mengelengkan kepalanya. Cho Rim mengejek sikap Moo Gak yang aneh lalu
menyuruh Moo Gak makan lagi
“Aku
kira dosanya tidak berakhir ketika pelakunya ditangkap.” ucap Moo Gak seperti
masih ada kegelisahan walaupun Moo Gak ditangkap.
“Serius...Aku
bilang jangan berpikir apa pun, istirahat saja!” perintah Cho Rim
“Penderitaan
korban berlanjut.” kata Moo Gak
Cho
Rim menyuruh Moo Gak menghentikan ucapannya, Moo Gak akhirnya melanjutkan
makannya dan menyuap dua suap nasi goreng ia terhenti. Cho Rim kesal karena Moo
Gak masih saja memikirkan tentang kejadian itu. Moo Gak mengataan dirinya itu tiba-tiba
kenyang.
“Kau
Kenyang ?? Sepertinya kau hanya makan dua porsi. Aku kira di sana akan ada
banyak sisa makanan.” ucap Cho Rim binggung tapi ia sadar Moo Gak bisa
merasakan perutnya kenyang
“Wow!
Indera tubuhmu pasti sudah kembali! Ini bagus! Apakah ini karena kau menangkap
pembunuhnya? Mungkin karena kau telah mencapai tujuanmu! Kalau begitu sekarang
giliranku untuk mendapatkan ingatanku kembali Aku berharap mereka akan kembali sebelumnya.”
kata Cho Rim sangat berharap.
“Jangan
terburu-buru.” pesan Moo Gak dengan tatapan sedihnya, seperti tak ingin
memaksa.
Cho
Rim tertidur di lantai atas dan Moo Gak tidur dikursi. Cho Rim yang sudah
terlelap memanggil ibunya. Di dalam mimpinya, ia baru pulang sekolah melihat
ibu dan ayahnya tersenyum di meja makan.
“Aku
bilang aku pulang, Ibu! Kenapa kau tidak bicara? Kau harus bertanya bagaimana
hariku!” ucap Cho Rim yang melihat ayah dan ibunya hanya memberikan senyuman,
Setelah
itu mereka menghilang dari meja makan, Cho Rim binggung mencari kemana ibu dan
ayahnya pergi. Cho Rim memanggil ibunya sambil menangis, Moo Gak terbangun dari
tidurnya karena mendengar Cho Rim yang memanggil ibunya, langsung berlari
menaiki tangga.
Moo
Gak memegang tangan Cho Rim dan memanggilnya, Cho Rim terbangun dari tidurnya
lalu dibantu duduk oleh Moo Gak. Ia mengatakan sudah mengingat wajah ibu, ayah,
rumah pada saat kejadian, Moo Gak memeluk Cho Rim supaya tenang.
“pembunuhnya,
Kwon Jae Hee...Ibu dan ayah... Dan kecelakaanku... Aku ingat semuanya.” kata
Cho Rim yang terus menangis dipelukan Moo Gak
“Semuanya
baik-baik saja, jadi Menangis saja.” ucap Moo Gak terus memeluk erat Cho Rim
dengan mengelus-ngelus punggungnya.
Jae
Hee terlihat seperti mayat hidup duduk diruang interogasi dengan tangan
terborgol dimeja. Detektif Ki, Yeh dan Yum Mi sudah ada diruang kontrol.
Detektif Ki memberitahu merek sudah menginterogasi Jae Hee saat Yum Mi ada
dirumah sakit tapi Jae Hee tak menjawab apa-apa dan tak mengucapkan satu kata
pun.
Moo
Gak masuk ke dalam ruang interogasi dengan membawa sebuah kotak lalu membyas
Jae Hee yang hanya diam tak mau menjawab pertanyaan.
“Detektif
Choi, kenapa kau di sini telat sekali? Kenapa kau tak menembak kepalaku hari
itu? Semuanya pasti sudah berakhir jika kau melakukan itu.” kata Jae Hee dengan
nada mengejek
“Aku
mendengar notebook ini yang dr. Chun tulis di depanmu.” ucap Moo Gak
memperlihatkan buku yang biasa ditulis korban sebelum mati. Moo Gak menyiram
spirtus dan sengaja membakar buku didepan Jae Hee.
“Kau
bicara cukup banyak untuk orang yang ingin tetap diam.” sindir Moo Gak
“Apa
yang kau lakukan?”kata Jae Hee mulai histeris karena buku harian korban
dibakar.
“Bagaimana
dia bisa membakar sepotong bukti seperti itu?” umpat Detektif Ki yang ingin
keluar ruangan untuk mencegahnya.
“Itu
bukan sepotong bukti, tapi Itu notebook kosong yang kita temukan di rumah Kwon
Jae Hee.” jelas Yum Mi dengan lirikannya, Detektif Ki akhirnya kembali tenang
karena merasa bersalah.
“Apa
yang kau lakukan sekarang? Hentikan! Kau tak bisa membakarnya! Tolong hentikan!Aku
mohon padamu! Tolong hentikan!” teriak Jae Hee histeris melihat bukunya dibakar
“Sekali
lagi, kau terlalu banyak berbicara sambil tetap diam.” ucap Moo Gak
“Aku
akan menjawab. Aku akan menjawab apa pun. Jadi tolong hentikan!” kata Jae Hee
akhirnya menyerah.
Moo
Gak memasukan buku yang sudah terbakar ke dalam kotak, Yum Mi akan masuk ke
dalam dan siap menginterogasinya. Jae Hee agak kaget melihat Yum Mi yang
ternyata masih hidup.
“Ayo
mulai dengan alibimu untuk kasus Joo Ma Ri. Bagaimana kau berada di Amerika?”
ucap Yum Mi
Moo
Gak pulang kerumah mengajak Cho Rim untuk duduk sebentar sebelum pulang
kerumah. Ia menceritakan baru saja bertemu ayahnya Jae Pyo, Cho Rim kaget
karena ia sendiri tak bisa menghubungi ayahnya dan menanyakan keberadaannya.
Moo Gak memberikan sebuah bingkai foto yang dititipkan oleh Jae Pyo.
“Seperti
ini... Ibu, ayah, dan aku. Aku suka melihat kami bertiga bersama-sama.” kata
Cho Rim melihat foto dirinya yang ada ditengah dengan ibu dan ayahnya. Moo Gak
lalu menyerahkan sekotak cincin emas
“Ini
tampaknya seperti...cincin ibuku.”ucap Cho Rim melihat cincin yang tersimpan
rapih didalam kotak.
“Itu
benar. Dulu cincin itu dipakai oleh ibumu.” kata Moo Gak
Cho
Rim berkaca-kaca karena ayah angkatnya itu masih menjaga semua peninggalan
orang tua kandungnya. Moo Gak lalu mengambil sebuah kotak besar dan
memperlihatkan buku diary yang sudah ditulis ibunya sebelum meninggal.
Cho
Rim membaca salah satu lembar buku yang
tertulis rapih oleh ibunya.
“Putriku, Eun Sul, adalah seorang
gadis yang baik. Setiap kali aku bertanya apakah dia akan takutsaat dia
sendirian di rumah. dia bilang dia tidak takut karena dia membayangkan kita
dengan dia sepanjang waktu.”
Cho
Rim kecil asik mengambar sambil menunggu orang tuanya yang pulang dari laut dan
menyambut gembira saat ia pulang.
“Ketika aku pulang ke rumah setelah
hari yang panjang di laut. dia memijat tangan dan kaki dengan tangan kecilnya.”
Cho
Rim kecil duduk dipangkuan ibunya sambil memijat kaki dan tangan ibunya. Cho
Rim sudah duduk ditaman dengan air mata mengalir mengingat semua tulisan
ibunya.
“Ketika aku melihat Eun Sul dewasa...
aku kadang-kadang berpikir tentang bagaimana aku pernah menjadi anak yang
berharga pada orangtuaku. Aku lupa pada fakta bahwa aku dulunya seorang putri
juga. Aku hanya akan tetap hidup sebagai seorang ibu.Eun Sul-ku akan menjadi
seorang ibu juga. Dia akan menjadi ibu yang baik karena dia adalah anak yang
baik. Aku menyayangimu, anakku Eun Sul.”
Ayah
dan ibu Eun Sul sangat bahagia saat makan bersama, Sang ibu sering menyuapi Eun
Sul dan ayahnya juga memberikan lauk untuk anaknya. Eun Sul senang bisa makan
dengan ayah dan ibunya.
Cho
Rim melamun mengingat kebahagian dengan ayah dan ibunya, tapi sekarang ia tak
bisa karena keduany sudah meninggal. Moo Gak melihat dari kejauhan membiarkan
Cho Rim duduk sendirian mengenang masa lalunya.
Semua
anggota tim investigasi khusus berkumpul diruang interogasi. Kang Hyun melihat
kalau penyelidikan mereka sudah selesai jadi Jae Hee akan segera dikirim ke
pengadilan. Jae Hee menatap Kang Hyun dengan mata mendelik seperti akan segera
membalas dendam. Kang Hyun meminta Jae Hee untuk memberikan tanda tangan surat.
“Kami
selesai denganmu, Kwon Jae Hee, Sekarang kau akan menunggu pengadilan hukum.”
ucap Detektif Ki
“Aku
ingin meminta satu bantuan terakhir, yaitu Aku ingin berbicara dengannya secara
pribadi.” pinta Moo Gak
“Hentikan,
Detektif Choi. Mari kita kirim dia ke Kantor Kejaksaan.” perintah Yum Mi
menolak permohonan Moo Gak
Moo
Gak memohon sebagai permintaan terakhirnya dan tak akan lama. Kang Hyun
akhirnya memutuskan memberikan waktu untuk Moo Gak berbicara pada Jae Hee. Semuanya
pun meninggalkan Moo Gak dan Jae Hee.
Moo
Gak membuka borgol ditangan Jae Hee, terlihat Jae Hee binggung menanyakn apa
yang akan dilakukan Moo Gak sekarang. Moo Gak rasa ia tak akan melihatnya lagi
jadi ia pikir ada sesuatu yang harus ia lakukan.
“Aku
bertekad untuk melihatmu lagi.” ucap Jae Hee penuh keyakinan
“Kau...tidak
akan mampu melangkah keluar dari penjara lagi.” tegas Moo Gak
“Tidak...
Kita pasti akan bertemu lagi.” balas Jae Hee
“Itu
tidak akan terjadi. Aku hanya akan mengatakan ini sekali. Minta maaflah ke
orangtua Cho Rim dan adikku... Di sini, sekarang.”perintah Moo Gak
“Apa
kau pikir permintaan maafku akan membuat keluarganya merasa lebih baik? Apa kau
pikir kau akan dapat melarikan diri tanpa merasa bersalah terhadap korban? Tidak
sama sekali.” kata Jae Hee tanpa ada rasa penyesalan.
Moo
Gak pikir Jae Hee hanya mengatakan satu kalimat saja yaitu “aku minta maaf”.
Dengan mata dinginnya, Jae Hee merasa itu tak ada gunanya, malah ia ingin
menceritakan perasaannya saaat membunuh adiknya. Moo Gak memegang baju Jae Hee
dan langsung memberikan pukulan pada perut Jae Hee yang masih terluka.
Jae
Hee duduk dengan menahan rasa sakitnya, Moo Gak memberitahu kalau pukulan tadi
untuk adiknya dan sekarang ia akan memukul sebagai pembalasan atas orang tu Cho
Rim. Ia menonjok wajah Jae Hee sebanyak dua kali, detektif Ki dan Yeh datang kembali
memborgol Jae Hee.
“Aku
berutang padamu sekarang dan Aku akan pastikan untuk membayar kembali.”kata Jae
Hee dengan nada mengancam.
Yum
Mi yang melihat dari luar melirik sinis karena Moo Gak masih mengunakan
perasannya walaupun Jae Hee sudah ditangkap. Moo Gak hanya bisa menangis,
mencoba menahan air matanya tidak menetes tapi tetap saja mengalir dipipinya.
Jae
Hee dibawa keluar dari kantor polisi untuk dipindah menjalani tahanan sampai ke
pengadilan, beberapa wartawan ingin tahu motivasinya membunuh dan komentarnya
dengan keluarga korban. Jae Hee menaiki bus yang membawanya ke penjara.
Ketua
polisi memuji kerja Kang Hyun yang bagus, Kang Hyun merendah karena bukan dia
tapi Yum Mi dan seluruh timnya. Inspektur Sa mengakui Kang Hyun itu melakukan
tugas dengan baik karena tidak semua orang bisa menangakp pembunuh berantai.
Kang Hyun tersenyum mengucapkan terimakasih.
“Jadi
hari ini adalah akhir dari Tim Investigasi Khusus?”tanya Ketua Polisi
“Ya,
Pak.” jawab Kang Hyun, lalu bis dan mobil polisi mengiringi kepergiaan Jae Hee
dari kantor polisi.
Semua
tim berkumpul makan daging bakar dan memberikan tepuk tangannya, Yum Mi berdiri
di depan semua anggota timnya.
“Tim
Investigasi Khusus telah selesai tugasnya. Aku akan kembali ke pos asliku di
Satuan Investigasi Metropolitan. Aku tak tahu apakah aku bisa mengatakan ini tapi
aku benar-benar tak ingin kembali.” ucap Yum Mi
Semua
memberikan semangat supaya Yum Mi kembali pada kesatuannya, lalu Yum Mi meminta
maaf pada Kang Hyun karena semua sikap kurang
ajaranya sejauh ini. Kang Hyun merendah diri kalau Yum Mi tak perlu meminta
maaf.
“Dan
Detektif Choi... Kau telah melalui begitu banyak hal karena aku menyeretmu ke
dalam tim ini. Terima kasih atas kerja kerasmu.” ucap Yum Mi,
“Tidak
sama sekali. Aku harus berterima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk
menyelidiki. Terima kasih semuanya.”kata Moo Gak
“Dan
Cho Rim... senang bisa mengenalmu.” ucap Yum Mi, Cho Rim juga senang bisa
mengenal Yum Mi
Tiba-tiba
Yum Mi meneteskan air mata karena terharu, Kang Hyun mengodanya kalau iu bukan
seperti Yum Mi si “Ice Princess” yang
mereka kenal lalu mengajak semuanya untuk bersulang karena berhasil
menyelesaikan kasus barcode.
Cho
Rim sedang melihat laptopnya lalu memberitahu Moo Gak yang sedang berbaring di
sofa kalau temannya yang tinggal di Jeju memberikan foto rumah lamanya, lalu ia
melihat foto yang lain ada sebuah halte dan menunjuk tangga yang menurun.
Moo
Gak melihat kota tempat tinggal Cho Rim itu sangat cantik, Cho Rim dengan
bangga menceritakan kalau makanan sudah siap saat ia sampai dirumah karen
selalu mengirimkan pesan pada ibunya saat perjalanan pulang dari sekolah,
tepatnya ditangga itu.
“Apa
kau ingin pergi melihat orang tuamu besok?” tanya Moo Gak
“Maksudmu,
Ke Pulau Jeju?” kata Cho Rim
“Tidak,
mereka berada dekat sini. Ayahmu mengebumikan mereka di dekat sini jadi kau
bisa mengunjungi mereka sesekali sampai ingatanmu kembali. Aku juga memindahkan
adikku di dekat sini jadi aku juga bisa sering mengunjunginya. Mereka berada di
pemakaman yang sama!” cerita Moo Gak
“Benarkah?
Aku selalu ingin menyapa adikmu. Kita harus pergi besok.” kata Cho Rim bersemangat,
Moo Gak pun setuju.
Sebelum
pergi ke tempat adik dan orang tua Cho Rim, Moo Gak pergi dulu ke toko
perhiasan, wajahnya terlihat binggung. Salah seorang pegawai menanyakan apa
yang dibutuhkan, Moo Gak mengatakan ia butuh cincin untuk melamar, pegawai itu
memilihkan satu cincin untuk Moo Gak dan Moo Gak melihat cincin itu sangat
cantik dan tanpa pikir panjang langsung mengambilnya.
Foto
ayah dan ibu Cho Rim terpasang denga dua tempat abu, Cho Rim menyapa ayah dan
ibunya yang selama ini tak pernah ia datangi karena ingataanya yang hilang.
“Butuh
waktu lama untuk sampai ke sini. Aku minta maaf. Kau pasti pernah begitu
khawatir tentang diriku sejauh ini Aku baik-baik saja sekarang. Jadi jangan
khawatir tentangku dan beristirahatlah dalam damai. Aku akan melanjutkan
hidupku Dan aku akan datang mengunjungimu sesering mungkin. Oke?” ucap Cho Rim dengan
tangisannya
“Aku
akan mengurus Cho Rim selama sisa hidupku. Jangan khawatir.” gumam Moo Gak
berjanji didepan orang tua Cho Rim.
Mereka
pindah ke tempat adik Moo Gak, terlihat foto Eun Sul yang
tersenyum manis dengan memegang bunga. Moo Gak mengatakan kakaknya sudah datang
dan tak datang sendirian.
“Aku
minta maaf karena datang terlambat. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menebus
hidupmu. Aku minta maaf dan berterima kasih.” ucap Cho Rim
“Aku
akan membiarkan Cho Rim berbicara denganmu secara informal karena kau lebih
muda dari dirinya. Tidak apa-apa, 'kan?”
kata Moo Gak, setelah itu ia mengajak Cho Rim pergi dari tempat adiknya.
Di
mobil
Moo
Gak menceritakan ia pernah berkerja dengan seseorang di akuarium Jeju dan
mendengar temanny itu sudah pindah ke Seoul lalu ia mengajak Cho Rim untuk
datang kesana sekarang. Cho Rim menatap Moo Gak dan langsung setuju.
“Tapi
aku benar-benar tak bisa membayangkan itu.” komentar Cho Rim
“Tak
bisa membayangkan apa?” tanya Moo Gak binggung
“Kau
dalam pakaian penyelam.Aku pikir kau akan terlihat lebih baik dengan seragam
polisimu!” ucap Cho Rim
“Itu
lain cerita, Aku juga tampak hebat dalam pakaian penyelam!” kata Moo Gak bangga
Cho
Rim merasa Moo Gak itu sering berbohong dihari ini. Moo Gak mengungkapkan
diriny itu sekarang marah. Cho Rim merasa tak peduli, lalu tertawa karena ia
senang bisa mengoda Moo Gak.
Cho
Rim terpana melihat akuarium yang sangat besar dan ikan pari yang besar
berenang didepannya. Temenny menyambut Moo Gak yang datang dengan gembira dan
berharap Moo Gak kembali karena akurium di Seoul sam dengan Jeju dan seorang
Moo Gak yang terampil pasti akan selalu diterima. Moo Gak tersenyum dengan
mengucapkan terimakasih.
“Pacarmu
sangat cantik! Aku sangat senang kau melakukannya dengan baik. Jangan biarkan
aku menahanmu.” goda temannya, Cho Rim tersipu malu karena dianggap cantik oleh
teman Moo Gak, lalu teman Moo Gak pun pamit pergi.
“Akan
menjadi menjadi luar biasa jika menikah di tempat seperti ini, 'kan?” pikir Moo
Gak
“Memang
terdengar menakjubkan, seperti Gurita akan memberikan pemberkatan, dan pasangan
dapat saling bertukar kerang!.” ucap Cho Rim
Moo
Gak merasa akan lebih bagus kalau memang benar-benar menjadi nyata impiannya.
Cho Rim tersenyum lalu menyanyikan lagu “Gurita
akan memberikan pemberkatan...cumi-cumi di piano, dan kerang dipertukarkan!”
Moo Gak mengerutkan dahinya lalu membalas dengan nyanyian “Ayo kita keluar dari sini.” dan mengajaknya pergi.